No Widget Added

Please add some widget in Offcanvs Sidebar

Selamat Datang Di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

shape
shape

KEGIATAN PEKKA (PENGENALAN KAMPUS) STIFAR YAPHAR SEMARANG TAHUN 2024, DITUTUP DENGAN ORASI ILMIAH SENAT YANG MENGUSUNG TEMA “PEDAGOGI FARMASI“ YANG DISAMPAIKAN OLEH DR. APT. ENDANG DIYAH IKASARI, M.Si

  • Home
  • KEGIATAN STIFAR
  • KEGIATAN PEKKA (PENGENALAN KAMPUS) STIFAR YAPHAR SEMARANG TAHUN 2024, DITUTUP DENGAN ORASI ILMIAH SENAT YANG MENGUSUNG TEMA “PEDAGOGI FARMASI“ YANG DISAMPAIKAN OLEH DR. APT. ENDANG DIYAH IKASARI, M.Si

Penutupan PEKKA 2024 dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2024.  Acara ditutup dengan prosesi penerimaan mahasiswa baru dan dibacakannya Orasi Ilmiah Senat dengan Tema “Pedagogi Farmasi”. Berikut orasi ilmiah Senat yang disampaiakan oleh Ibu Dr. apt. Endang Diyah Ikasari, M.Si. selaku Ketua Senat STIFAR Yaphar Semarang.

Assalamualaikum wr.wb…

Salam Sejahtera

Namo Buddhaya

Salam Kebajikan

Rahayu…

Kepada Yth.

Ketua dan Waket 1,2,3 Stifar Yayasan Pharmasi

Ka Prodi

Civitas akademika Stifar

Mahasiswa baru Stifar

Selamat pagi….

Mahasiswa baru Stifar, apakah tahu apa itu ilmu kefarmasian yang akan digeluti selama kuliah di Stifar Yayasan Phramasi Semarang?

            Bentuk sediaan farmasi, pada masa dulu dibuat menggunakan teknologi sederhana untuk merubah bahan obat (tanaman, hewan, mineral) menjadi sediaan (ramuan) obat. Teknologi inilah yang menjadi awal mula dari ilmu “Farmasetika” (dosage form design). Pada masa itu, para pengobat atau “dukun ahli obat” memiliki kemampuan untuk menyediakan obat maupun keahlian dalam memandu penggunaan obat. Kemampuan dan keahlian inilah yang menjadi awal dari “profesi farmasi” yang pda masa kini telah berkembang menjadi ilmu “Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care)” disertai perkembangan bidang kelilmuannya melalui “Ilmu Farmakoterapi” dan “Ilmu Farmasi klinis”. Inilah proses Pendidikan pedagogic-androgogik yang berfokus pada “pengalaman empiris” dan “pembelajaran praktis (experiential learning)” di bawah bimbingan langsung dari praktisi sebagai guru.

            Hipocrates (460-357 SM) merupakan tokoh dalam bidang pengobatan yang mulai mengembangkan pendekatan rasional terhadap penyakit. Konsep inilah yang menjadi dasar pengembangan ilmu kedokteran modern. Tonggak pemisahan bidang farmasi dan kedokteran diawali oleh Kaisar Frederim II melalui kodifikasi pemisahan praktek farmasi dari praktek kedokteran. Ilmu farmasi mencapai puncak kejayaan pada abad pertengahan ditandai dengan berbagai penemuan para ahli bidang obat dan pengobatan. Sejalan dengan itu, profesi farmasi juga berkembang dengan diterbitkannya Farmakope diikuti berbagai peraturan/ketrentuan kefarmasian lainnya serta berdirinya organisasi profesi di berbagai negara.

            Pada periode awal orientasi Pendidikan farmasi lebih berfokus pada produk (product oriented). Maraknya era industry farmasi pada masa itu menjadi penyebab Pendidikan dan praktik farmasi Indonesia lebih berfokus pada keahlian membuat dan menyiapkan sediaan farmasi yang berkualitas, aman dan efektif, namun nyaris belummenyentuh sisi lain terkait tanggung jawab penjaminan penggunaan obat secara rasional. Titik balik mulai terjadi pada era 1990 dengan munculnya kesadaran pada pentingnya kehadiran profesi farmasi pada pemilihan obat dan penggunaan obat oeh pasien.

            Arah perkembangan praktikkefarmasian di Indonesia sudah mulai mengikuti perkembangan kefarmasian dunia, yaitu  berfokus pada manusia sebagai pengguna obat (patient oriented). Peran farmasis mulai berkembang dari penyedia obat sebagai komoditi menuju pelayanan kefarmasian yang komprehensif (patient care). Untuk menjamin terapi obat yang diberikan rasional dan optimal. Pendekatan yang dikenal dengan “pharmaceutical care” ini dimlai pada tahun 2004 dalam Standard Pelayanan Kefarmasian di Apotik dan Standard Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

            Filosofi belajar dalam Pendidikan farmasi pada dasarnya mengacu kepada empat pilar pembelajaran (The Four Pillars of Learning-UNESCO), yaitu:

  1. Pilar pertama “Learning to know” mengacu pada kemampuan pembelajar untuk memahami alam, manusia dan lingkungannya, kehidupannya, serta merasakan senangnya mengetahui, menemukan dan memahami suatu proses (). Pada dasarnya pilar ini meletakkan dasar belajar sepanjang hayat.
  2. Pilar kedua  “Learning to do” mengacu pada ketranpilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam praktik/ dalam kehidupan sehari-hari, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, serta belajar bekerjasama dalam tim, mengambil inisiatif, dan mengambil resiko (practice, psychomotoric, attitudes). Pada perkembangannya, “learning to do” bergeser dari ketrampilan (skill) menuji kompeten (competence) diantaranya kemampuan komunikasi efektif, kecakapan bekerja dalam tim, ketrampilan sosial dalam membangun relasi interpersonal, kemampuan beradaptasi, kreatifitas dan inovasi, maupun kesiapan untuk mengambil resiko dan mengelola konflik.
  3. Pilar ketiga  “Learning to life together” mengacu pada kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain, mengembangkan empati, respek dan apresiasi pada orang lain dalam berkehidupan Bersama, menghargai perbedaan nilai dan budaya, kesediaan untuk menyelesaikan konflik melalui dialog, dan kmeampuan untuk bekerjasama (team work, collaboration, growing interdependence).
  4. Pilar keempat  “Learning to be” mengacu pada pengembangan kepribadian individu secara utuh melalui penguasaan pengetahia , ketrampilan, dan nilai-nilai values) yang kondusif bagi pengembangan kepribaidn, dalam dimensi intrlektual, moral, kultural, dan fisik (experiences, affective, attitude, behavior).

Keempat pilar pembelajaran ini saling mendkung satu sala lain dan aplikasikan sebagai prinsip dasar pembelajaran serta diintegrasikan ke dalam setiap bidang pembelajaran. Pada tahun 2009 UMESCO melengkapinya menjadi “Five Pillars of Learning “ dengan pilar kelima “learning to transform oneself an society” mengacu pada pengembangan kepribadian dan kepedulian pada lingkungan dan Masyarakat melalui penguasaan pengetahuan, nilai-nilai (values), dan ketrampilan untuk mentransformasi kebiasaan, perilaku dan gaya hidup yang berorientasi pada pengembangan berkelanjutan.

Pengetahuan kefarmasian secara garis besar mencakup

  1. Farmakologi , meliputi :

Farmakodinamika, yang mempelajari interaksi seluler dan molekuler antara obat dan reseptor

Farmakokinetika yang mempelajari factor-faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi obat pada berbagai bagian tubuh

Toksikologi yang mempelajari efek toksik dan efek tidak menyenangkan obat

  • Kimia Farmasi, yang mempelajari  perancangan obat untuk mengoptimalkan farmakokinetika dan farmakodinamika, design dan sintesis molekul obat baru, penjaminan mutu obat
  • Farmasetika, yaitu formulasi obat untuk mengoptimalkan penghantaran obat, stabilitas, farmakokinetika, dan sesuai dengan penerimaan pasien
  • Farmakognosi, mempelajari tanaman dan sumber bahan alam lain sebagai bahan baku obat, termsuk isolasi dan karakterisasinya.

Pada era revolusi industry 4.0 menuju era revolusi industry 5.0 diharapkan farmasi mampu menguasai teknologi, system informasi berbasis internet, aplikasi dengan mengunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan memiliki soft skills.

Untuk mengerti kemampuan maka dilakukan pengujian dan penilaian kompetensi bagi tenaga Kesehatan. Teknik dan instrumen penilaian terutama bidang Kesehatan/farmasi ada beberapa tahap yang dilakukan.

Penilaian ranah sikap dilakukan melalui:

  • observasi,
    • penilaian diri,
    • penilaian antar mahasiswa (mahasiswa menilai kinerja rekannya dalam satu bidang atau kelompok), dan
    • penilaian aspek pribadi yang menekankan pada aspek beriman, berakhlak mulia, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya.

Penilaian ranah pengetahuan:

  • tes tulis dan
    • tes lisan yang

Penilaian ranah keterampilan melalui penilaian kinerja yang dapat diselenggarakan melalui:

  • praktikum,
    • praktek,
    • simulasi,
    • praktek lapangan, dan lainnya

Intinya untuk menjadi seorang tenaga Kesehatan terutama di bidang farmasi selain memiliki ilmu pengetahuan dan kerampilan juga tidak lepas dari peraturan dan etika. Selamat menjalani proses dengan hati senang, focus pada tujuan, perbanyak relasi. 

Salam sukses selalu !!!!!

Walaikumsalam wr.wb

Dr. apt Endang Diyah Ikasari, M.Si

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *